Selasa, 30 Oktober 2012

Mem'Batu'


Bookmark and Share

Sebuah batu sangat sulit untuk dihancurkan, membutuhkan kesabaran, dan ketelitian. Nenek moyang kita telah membuktikan dengan berdirinya candi-candi peninggalan sejarah yang spektakuler, jaman serba canggih saja masih sulit membayangkan bagaimana proses pembuatannya.

Bagaimana bila 'Hati' kita menjadi sekeras batu?
Ini yang paling sulit, bila Hati sekeras batu, bagaimana mau menghancurkannya?, bila Hati sekeras es batu, bagaimana untuk dicairkannya?. Kalau mau dipikir-pikir lagi, mengapa kita mau menyiksa diri sendiri dengan bepikiran sekeras batu atau memiliki hati yang membatu? yang sesungguhnya hanya menunjukan kebodohan bathin kita.

Bila saja mau merenungkan tidak ada sesuatu yang tidak mungkin berubah di dunia ini, dan tidak ada sesuatu yang tidak mungkin untuk diubah. Bila saja kita mau untuk melunakan hati kita, maka kita baru akan bisa menerima siapapun yang datang pada kita, bisa menerima apapun yang kita peroleh dan dapatkan, bisa menerima saran dan pandangan untuk kemajuan kita dan bisa menerima bentuk perhatian orang kepada kita.
Lalu mengapa harus membatu? Bila sebongkah batu saja bisa di hancurkan oleh air yang sangat lembut, mengapa hati kita tidak bisa!

Semua ada di tangan kita sendiri, sebelum membuat hati menjadi sekeras es batu, lebih baik mencoba untuk mencairkan butiran-butiran air yang mulai mengkristal di hati, dengan memancarkan kehangatan cinta kasih dan kasih sayang dari pelita hati yang menerangi hati. Mencoba memberikan kehangatan dari rasa kebersamaan, kekeluargaan, persahabatan, keramahan, dari sebuah ketulusan di hati kita semua.

Atau tetap bersikukuh pada pendirian yang lebih keras dari batu karang? tetapi hanya membuat penderitaan pada akhirnya? atau tetap bersikeras sampai banyak orang yang terluka perasaan dan jiwanya termasuk melukai diri sendiri.

Atau sebaliknya mau membuat hidup lebih indah dengan kelembutan hati?
Semua ada di tangan kita sendiri...


*muditacenter

Tidak ada komentar:

Posting Komentar